SELAMAT DATANG DI DEWAKIUKIU ~ KARTU ONLINE AGENT TERPERCAYA & TERBESAR SE-ASIA

Jumat, 28 Juli 2017

Didesak bentuk TPF Novel, Jokowi akan minta masukan Kapolri


Jokowi pimpin upacara HUT Bhayangkara.


Presiden Joko Widodo (Jokowi) didesak membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk mengungkap pelaku teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Desakan ini semakin menguat usai Novel mengungkap adanya keterlibatan jenderal polisi di kasus yang menimpanya.

Presiden Jokowi belum dapat memastikan akan membentuk tim khusus. Kepala Negara akan terlebih dahulu meminta masukan dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian sebelum memutuskan pembentukan TPF.

"Saya minta masukan dulu ke Kapolri," kata Jokowi usai meluncurkan Program Pendidikan Vokasi Industri di PT Astra Otoparts, kawasan Greenland Industrial Center Deltamas, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (28/7).

Permintaan kepada Presiden agar membentuk Tim Pencari Fakta itu dikarenakan Novel Baswedan pesimis kasusnya akan terungkap. Sebab, dia mengatakan, adanya keterlibatan seorang Jenderal Polri.

"Presiden seharusnya tidak membiarkan keadaan tersebut dan Kapolri seharusnya menjawab harapan masyarakat. Karena itu disarankan agar Presiden membentuk tim pencari fakta untuk mengungkap kasus Novel Baswedan secara tuntas," kata pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar saat dihubungi merdeka.com, Kamis (27/7).




Bambang mengatakan, pembentukan TPF sekaligus guna mengungkap kebenaran ocehan Novel adanya dua kubu Polri yang pro dan kontra terhadap sepak terjangnya selama menjadi penyidik KPK. Menurut dia, dengan landasan pemikiran itu, kasus Novel bukan hanya menjadi tanggung jawab Polri melainkan presiden.

"Memang kasus Novel bukan kasus sederhana. Jika Polri terkesan mengulur-ulur waktu agar masyarakat melupakan, maka bisa muncul kesan Novel dikorbankan untuk hambat pengungkapan kasus-kasus besar korupsi secara tuntas antara lain e-KTP," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, setelah tiga bulan menjalani perawatan di sebuah RS di Singapura, penyidik KPK Novel Baswedan akhirnya angkat bicara atas penyiraman air keras yang dialaminya. Novel mengaku sebelum peristiwa penyiraman air keras, dirinya sempat diberi informasi oleh petinggi Polri akan diserang.

"Saya mendapat informasi dari petinggi Polri sebulan sebelumnya bahwa saya akan diserang," kata Novel dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab di acara Mata Najwa dikutip merdeka.com, Rabu (26/7).

Menurutnya, saat itu petinggi Polri itu memintanya untuk berhati-hati. Bahkan, petinggi Polri yang tak disebutkan namanya oleh Novel itu sempat menawarkannya penjagaan alias pengawalan.

Novel mengaku ada dua kelompok di Kepolisian yang berbeda sikap kepadanya. Kelompok pertama berusaha mengamankan atau melindungi dirinya. Sedangkan kelompok kedua mencari-cari kesalahannya. Atas dasar itulah dirinya pesimis kasus menimpanya akan terungkap.

"Ada 2 kelompok (Polri), ada yang berupaya mengamankan, ada yang mencari-cari kesalahan. Iya kelompok Polri," katanya.

Lebih jauh Novel mengungkap ada salah satu anggota Polri berpangkat jenderal yang terlibat dalam kasusnya. Namun ia tidak bisa mengungkapkan apakah masih ada anggota Polri yang terlibat selain pejabat Polri berpangkat jenderal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

8 Resep mencapai sukses tanpa ijazah perguruan tinggi

Ilustrasi sukses .  Pendidikan adalah modal penting untuk mengejar apapun yang diinginkan dalam hidup. Tetapi bukan berarti orang tanpa...